Selasa, 13 Juni 2017

Surat Untuk Ruth: Kisah yang Lebih Menyakitkan dari Cinta Sepihak


Sumber Gambar

 Judul: Surat Untuk Ruth
Penulis: Bernard Batubara
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Editor: Siska Yuanita


Saya baru menulis review buku ini setelah membacanya yang kedua kali. Karena setelah membaca pertama kalinya, saya tidak sempat membuat catatan apapun. Saya terlalu sibuk menangis. Yeah. I’m mellow girl that why. Dan untuk menyelesaikan buku ini yang kedua kalinya, saya membutuhkan waktu 3 hari. Tiga hari yang menyesakkan untuk sebuah buku berisi 165 halaman.
Saya mengira, tidak ada yang lebih menyakitkan dibandingkan dengan mengalami cinta sepihak sebanyak 7 kali. Ya, saya orangnya yang mengalami cinta sepihak sebanyak itu. Jika saya menuliskan kisah cinta sepihak itu, akan ada 7 buah buku yang saya yakin hanya akan berakhir sebagai bungkus tempe atau gorengan. Tapi Bernard Batubara merobohkan keyakinan yang saya miliki selama ini. Tidak ada yang lebih menyakitkan daripada pasangan yang saling mencintai tetapi tidak bisa saling memiliki.
Saya jatuh cinta dengan Are. Tokoh utama dalam buku ini adalah pendamping yang saya idam-idamkan. Ia mampu menangkap detail-detail kecil yang mampu membuatnya jatuh cinta pada Ruth. Karena, Are tidak hanya tertarik pada kecantikan paras Ruth saja, tapi juga hal-hal kecil yang juga melengkapi dan membuat sosok Ruth menjadi seorang manusia yang memiliki kelebihan dan kekurangan. Are juga mampu mensyukuri hal-hal kecil yang kadang terlewat oleh manusia yang sedang jatuh cinta.
Perkenalan saya dengan Bernard (melalui bukunya) sebenarnya bukan melalui bukunya yang keenam ini, tetapi melalui buku kelimanya Cinta. (baca: cinta dengan titik). Cinta. membuat saya ingin membaca karya-karya Bernard lain karena kemampuan deskriptifnya - yang diakuinya ia dapatkan dari membaca novel stinsil-. Terutama bagaimana dia mendiskripsikan tokoh-tokohnya.

Tidak ada komentar: