Kamis, 28 Juli 2011

PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH TANGGA

             Pencemaran air di Indonesia saat ini semakin memprihatinkan. Pencemaran air dapat diartikan sebagai suatu perubahan keadaan air di suatu tempat penampungan air seperti danau, sungai, lautan dan air tanah. Perubahan yang dimaksudkan adalah perubahan kualitas air sehingga air tidak dapat difungsikan sebagaimana mestinya. Penurunan kualitas air dapat membahayakan manusia, misalnya saja suatu perairan tercemar logam berat seperti merkuri dan lain-lain. Hal ini akan meningkatkan resiko terhadap berbagai penyakit termasuk kanker.

Pencemaran perairan di Indonesia juga dipicu oleh adanya peningkatan populasi manusia. Semakin banyak jumlah manusia kebutuhan akan segala sesuatu juga meningkat, terutama kebutuhan tempat hidup. Hal ini berakibat tidak ada lagi tempat untuk penampungan sampah sehingga tempat penampungan air pun menjadi sasaran empuk bagi para pembuang sampah.
Pencemaran air di berbagai penampungan air seperti sungai, danau dsb sebagian besar diakibatkan oleh ulah manusia sendiri. Sikap manusia yang kurang bertanggung jawab terhadap lingkungan yang dengan seenak hati membuang sampah ke penampungan air tanpa memikirkan apa akibat jangka panjang akibat perbuatannya tersebut. Berdasarkan asal limbahnya, pencemara air dapat digolongkan menjadi limbah pemukiman, limbah pertanian, dan limbah industri termasuk pertambangan.
Limbah pemukiman mempunyai pengertian segala bahan pencemar yang dihasilkan oleh daerah pemukiman atau rumah tangga. Limbah pemukiman ini bisa berupa sampah organic seperti kayu, daun dan sampah nonorganic seperti plastic, logam, dan deterjen. Limbah pertanian mempunyai pengertian segala bahan pencemar yang dihasilkan aktifitas pertanian seperti penggunaan pestisida dan pupuk. Sedangkan limbah industri mempunyai pengertian segala bahan pencemar yang dihasilkan aktifitas industri yang sering menghasilkan bahan berbahaya dan beracun (B3). http://alamendah.wordpress.com/2010/08/01/pencemaran-air-di-indonesia/
Saat ini jumlah air bersih semakin berkurang. Beberapa daerah di Indonesia mengalami masalah mendapatkan air bersih. Seharusnya ini tak perlu terjadi mengingat wilayah Indonesia terdiri dari 78 % perairan dari keseluruhan luas wilayah Indonesia. Sangatlah lucu jika Negara ini mengalami kekurangan air. Tapi itulah yang terjadi pada kita saat ini. Masalahnya bukan pada kuantitas tetapi kualitas air yang akan kita konsumsi. Apakah berbahaya atau tidak air yang kita minum tersebut? Apakah air tersebur baik untuk kesehatan kita?
Masalah tersebut tidak akan selesai hanya dengan memikirkan cara yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut akan tetapi dengan sedikit tindakan kita paling tidak sudah mencegah hal itu bertambah buruk. Adapun beberapa tindakan kecil yang dapat kita lakukan adalah :
1.      Tidak membuang sampah pada saluran air
Apapun bentuk sampah atau limbah nya, kita tidak seharusnya membuangnya di saluran air karena pada hakikatnya air yang terdapat dalam saluran air akan meresap ke dalam sumur-sumur kita. Dapat kita bayangkan bahwa kita secara tidak langsung meracuni diri kita sendiri. Hal ini sama saja kita bunuh diri. Meskipun hal ini mudah dilakukan, perlu kesadaran diri sendiri untuk melakukannya. Masyarakat Indonesia sepertinya belum memiliki kesadaran yang cukup untuk tidak membuang sampah pada aliran air. Hal ini terbukti masih banyaknya sungai-sungai yang dipenuhi sampah, juga mengenai wacana akan dialirkannya lumpur Lapindo ke laut. Hal ini benar-benar tindakan bunuh diri secara nasional.
2.      Kebiasaan mengolah
Yang dimaksudkan dengan kebiasaan mengolah diatas adalah kita tidak hanya mengolah apa yang dihasilkan oleh alam akan tetapi kita juga mengolah apa-apa yang kita hasilkan. Limbah salah satunya. Dengan pengolahan limbah yang baik dan benar akan mengurangi limbah yang kita buang ke alam khususnya ke tempat penampungan air. Adapun cara mengolah limbah telah umum kita ketahui dengan 3R yakni Reuse, Recycle, dan Reduce. Untuk limbah cair kita tidak mungkin mengolahnya menggunakan cara Reuse, hal ini dikarenakan limbah cair yang dihasilkan pastilah mengandung berbagai zat yang berbahaya selain itu limbah cair tak lagi berwarna bening seperti air biasanya.
            Berkaitan dengan pengolahan air limbah rumah tangga terlebih dahulu kita ketahui jenis air limbahnya apakah itu bersifat organic atau nonorganic. Dengan hal ini kita dapat mengetahui cara tepat untuk mengatasi masalah limbah ini. Untuk limbah cair organic kita dapat menggunakannya untuk menyiram tanaman di kebun kita. Hal ini dapat mengurangi penggunaan air bersih yang tersedia, selain itu air organic mengandung zat-zat yang dibutuhkan oleh tanaman. Adapun yang termasuk sebagai limbah cair organic yakni : air limbah cucian beras, air bekas cucian sayur-mayur dan buah, air bekas rendaman kedelai (dalam industry pembuatan tempe dan tahu dan lain-lain.
            Limbah cair non organic merupakan limbah cair yang mengandung bahan-bahan kimia sintetis seperti air bekas cucian baju, air bekas cucian piring dan lain-lain. Untuk limbah cair jenis ini tidak dapat digunakan untuk penyiraman tanaman kita karena kandungan kimia didalam nya tidak dapat diuraikan oleh tumbuhan sehingga nantinya akan kita memasukkan bahan-bahan kimia tersebut jika kita memakan bagian tanaman yang kita siram dengan limbah cair ini. Untuk itu berikut cara-cara pengolahan air limbah :
1.      Pengolahan air limbah dengan menggunakan membrane bioreactor
Alat ini terdiri dari membrane yang menggunakan teknologi mikrofiltrasi yang tidak memerlukan desinfektan untuk menghilangkan mikroba yang terdapat pada air limbah. Meskipun daya penyaringannya tinggi, akan tetapi harga dari alat ini sangatlah mahal makadari itu alat ini hanya digunakan di Negara-negara maju yang perekonomiannya tumbuh dengan pesat.

 2.      Pengelolaan air limbah menggunakan saluran air kotor dan bak peresapan
Adapun pembuatan saluran ini harus memperhatikan ketentuan sebagai berikut ;
    1. Tidak mencemari sumber air minum yang ada di daerah sekitarnya baik air dipermukaan tanah maupun air di bawah permukaan tanah.
    2. Tidak mengotori permukaan tanah.
    3. Menghindari tersebarnya cacing tambang pada permukaan tanah.
    4. Mencegah berkembang biaknya lalat dan serangga lain.
    5. Tidak menimbulkan bau yang mengganggu.
    6. Konstruksi agar dibuat secara sederhana dengan bahan yang mudah didapat dan murah.
    7. Jarak minimal antara sumber air dengan bak resapan 10 m.
Berbeda dengan pengolahan menggunakan membrane bioreactor, pembuatan saluran ini merupakan pengolahan yang sederhana ialah pengelolaan dengan menggunakan pasir dan benda-benda terapung melalui bak penangkap pasir dan saringan. Benda yang melayang dapat dihilangkan oleh bak pengendap yang dibuat khusus untuk menghilangkan minyak dan lemak. Lumpur dari bak pengendap pertama dibuat stabil dalam bak pembusukan lumpur, di mana lumpur menjadi semakin pekat dan stabil, kemudian dikeringkan dan dibuang. Pengelolaan sekunder dibuat untuk menghilangkan zat organik melalui oksidasi dengan menggunakan saringan khusus. Pengelolaan secara tersier hanya untuk membersihkan saja. Cara pengelolaan yang digunakan tergantung keadaan setempat, seperti sinar matahari, suhu yang tinggi di daerah tropis yang dapat dimanfaatkan. Pengolahan air dengan metode ini lebih murah dan juga mudah. Adapun proses pengolahannya adalah sebagai berikut :
a.       Pengolahan Awal (Pretreatment)
Tahap pengolahan ini melibatkan proses fisik yang bertujuan untuk menghilangkan padatan tersuspensi dan minyak dalam aliran air limbah. Beberapa proses pengolahan yang berlangsung pada tahap ini ialah screen and grit removal, equalization and storage, serta oil separation.
b.      Pengolahan Tahap Pertama (Primary Treatment)
Pada dasarnya, pengolahan tahap pertama ini masih memiliki tujuan yang sama dengan pengolahan awal. Letak perbedaannya ialah pada proses yang berlangsung. Proses yang terjadi pada pengolahan tahap pertama ialah neutralization, chemical addition and coagulation, flotation, sedimentation, dan filtration
c.       Pengolahan Tahap Kedua (Secondary Treatment)
Pengolahan tahap kedua dirancang untuk menghilangkan zat-zat terlarut dari air limbah yang tidak dapat dihilangkan dengan proses fisik biasa. Peralatan pengolahan yang umum digunakan pada pengolahan tahap ini ialah activated sludge, anaerobic lagoon, tricking filter, aerated lagoon, stabilization basin, rotating biological contactor, serta anaerobic contactor and filter.
d.      Pengolahan Tahap Ketiga (Tertiary Treatment)
Proses-proses yang terlibat dalam pengolahan air limbah tahap ketiga ialah coagulation and sedimentation, filtration, carbon adsorption, ion exchange, membrane separation, serta thickening gravity or flotation.
e.       Pengolahan Lumpur (Sludge Treatment)
Lumpur yang terbentuk sebagai hasil keempat tahap pengolahan sebelumnya kemudian diolah kembali melalui proses digestion or wet combustion, pressure filtration, vacuum filtration, centrifugation, lagooning or drying bed, incineration, atau landfill.
 Pemilihan proses yang tepat didahului dengan mengelompokkan karakteristik kontaminan dalam air limbah dengan menggunakan indikator parameter yang sudah ditampilkan di tabel di atas. Setelah kontaminan dikarakterisasikan, diadakan pertimbangan secara detail mengenai aspek ekonomi, aspek teknis, keamanan, kehandalan, dan kemudahan peoperasian. Pada akhirnya, teknologi yang dipilih haruslah teknologi yang tepat guna sesuai dengan karakteristik limbah yang akan diolah. Setelah pertimbangan-pertimbangan detail, perlu juga dilakukan studi kelayakan atau bahkan percobaan skala laboratorium yang bertujuan untuk:
1.      Memastikan bahwa teknologi yang dipilih terdiri dari proses-proses yang sesuai dengan karakteristik limbah yang akan diolah.
2.      Mengembangkan dan mengumpulkan data yang diperlukan untuk menentukan efisiensi pengolahan yang diharapkan.
3.      Menyediakan informasi teknik dan ekonomi yang diperlukan untuk penerapan skala sebenarnya.
Sekarang ini berkembang penemuan baru tentang pemanfaatan air limbah menjadi sumber energy. Berawal dari seminar teknologi fuel cell yang baru saja diikutinya, Gerardine Botte, seorang associate profesor teknik kimia dan biomolekuler di Russ College of Engineering and Technology, mendapatkan ide untuk menghasilkan hidrogen dengan metode elektrolisa air. Meski metode yang digunakan masih menggunakan elektrolisa, tetapi Botte membawanya selangkah lebih maju. Ide yang dibawa Botte memang menggunakan metode yang tidak baru lagi, tetapi alih-alih menggunakan air bersih, Botte berpikir untuk memanfaatkan air limbah.
Menurut Botte, ammonia yang biasanya banyak terdapat dalam air limbah bisa dipisahkan untuk kemudian diubah menjadi hidrogen. Riset yang dihasilkannya merupakan teknologi fuel cell pertama yang menggunakan amonia. Teknologi yang dinamakan “sel elektrolit amonia” tersebut bisa menghasilkan hidrogen sesuai kebutuhan. Artinya, pada saat diperlukan hidrogen langsung bisa dihasilkan. Selain itu dengan menggunakan teknologi tersebut, efisiensi dalam menghasilkan hidrogen juga lebih baik dibandingkan dengan elektrolisa air. energi yang diperlukannya juga hanya sebesar 5% jika dibandingkan elektrolisa air untuk menghasilkan hidrogen.
Amonia sendiri merupakan sumber terbarukan. Menurut Botte, setidaknya di Amerika Serikat sebanyak 5 juta ton amonia setiap tahunnya mengalir ke saluran pembuangan dalam bentuk urin manusia ataupun hewan. Saat ini berdasar idenya, beberapa riset juga dilakukan di Ohio University dengan cabang-cabang elektrolisa amonia yang lebih spesifik untuk aplikasinya pada kendaraan dan rumah tinggal.
Daftar Pustaka
Setiadi, Candra,-, Pengelolaan Limbah Industri. Diakses dari www.wikipedia.com pada tanggal 10 Juni 2011.
Alamendah. 2010. Pencemaran Air. Diakses dari http://alamendah.wordpress.com/ 2010/08/01/pencemaran-air-di-indonesia/ pada tanggal 8 Juni 2011
Sugiharto. Dasar-dasar pengelolaan air limbah.. Jakarta : UI press, 1987.

Tidak ada komentar: